Skip to main content

Viral Bermanfaat Atau Berbahaya?

Konten Viral Lebih Banyak Manfaat atau Bahayanya Viral Bermanfaat atau Berbahaya?

Apa sesungguhnya maksud dari kata "Viral"?

Viral disesuaikan dari kata "Virus" yang dalam definisinya berarti "disebabkan oleh virus". Dalam istilah medis dipakai untuk menjelaskan sesuatu berukuran super kecil yang sanggup menginfeksi mahluk hidup dan sanggup menjadi penyebab suatu penyakit atau gangguan kesehatan terhadap organisme yang terinfeksi.

Di internet bukan definisi itu yang dimaksud, melainkan sebuah konten yang sanggup menyebar bagai virus dan sanggup menimbulkan seseorang "terpengaruh" ketika melihat isi konten tersebut. Saking terpengaruhnya hingga - hingga mirip "terinfeksi" virus informasi yang dilihat atau dibacanya pada sebuah konten.

Dalam perang informasi dunia ciber masa kini, menjadi viral berarti "sesuatu" lantaran informasi yang disebar luaskan baik berupa berita, video blog ataupun curahan hati yang diupload atau diunggah melalui sebuah portal atau aneka macam jejaring sosial akan menjadi konsumsi masal atau publik.

Makna "sesuatu" ini sangat penting, apakah nantinya konten yang viral bermanfaat untuk publik atau justru malah berbahaya. Dalam situasi kini, perilaku kritis publik menanggapi sesuatu yang viral sangat diperlukan. Ini artinya selalu berpikir cerdas untuk sebuah balasan dari pertanyaan kritis seperti:

Untuk tujuan apa sesuatu diviralkan dan siapa yang paling diuntungkan?

Untuk tujuan apa?

Kira - kira untuk tujuan apa sesuatu diviralkan? Sebab mustahil sesuatu dibuat, diupload atau diunggah begitu saja tanpa ada motif dibaliknya atau hanya sekedar iseng, walaupun yang hanya berlatar belakang iseng dan mumpung viral lantas dimanfaatkan juga memang ada.

1. Kepentingan bisnis

Memanfaatkan isu atau video blog viral sebagai komoditas bisnis untuk mendapat laba finansial melalui media periklanan yaitu hal yang masuk akal - masuk akal saja, semasih isu atau video yang berhasil diviralkan mengedukasi publik.

Maksudnya yaitu tidak sembrono menyebar luaskan sesuatu hingga buming atau heboh hanya untuk menarik atensi dan menciptakan publik menjadi salah paham demi sebuah laba finansial.

Beberapa situs atau portal isu yang paling bersahabat dengan Anda yang ketika diakses dibagian kanan judul atau logo situs, di bawah sajian navigasi utama, di pecahan kiri dan kanan post body, di bawah judul artikel, di tengah atau di pecahan selesai artikel menampilkan banner iklan tertentu berarti situs atau portal tersebut memanfaatkan isu atau video viral sebagai kepentingan bisnis.

Kenapa memanfaatkan isu atau video viral sebagai kepentingan bisnis?

Sebab sangat banyak menarik kunjungan sehingga peluang pengunjung yang berminat dengan iklan semakin banyak. Konversi klik atau actionnyapun berpotensi memberi banyak pemasukan ke rekening Bank atau akun penayang iklan.

Situasinya sekarang, kita yaitu seorang "bloggers" dan berharap tidak hanya menciptakan konten tapi juga mempromosikannya, dan kini ini sebagian besar dari kita dibayar melalui traffic atau lalulintas pengunjung yang kita bangun. Kiri Blakeley dalam Forbes: 2011.

Jadi, sangat masuk nalar dan beralasan kenapa sebuah konten dibentuk dan dipromosikan hingga sedemikian rupa yaitu untuk menunjukkan publik informasi dan untuk alasan ekonomi.

2. Kepentingan politik 

Sebagai kepentingan politik, konten viral biasa dipakai untuk menurunkan popularitas lawan politik oleh kelompok atau oknum tertentu, terutama dikala menjelang atau memasuki atau di tahun - tahun politik. Situasi di dikala - dikala mirip ini memang akan panas dan kian memanas.

Biasanya konten - konten yang dipakai untuk menarik perhatian dan simpati publik tidak lain yaitu isu bermuatan SARA, hoax, video yang diedit kemudian disebar luaskan untuk memancing ketidak senangan, rasa cemas atau kemarahan publik terhadap salah satu pasangan calon akseptor pemilu.

Masyarakat atau publik yang kurang memahami cara - cara curang mirip ini akan dengan sangat gampang dimanfaatkan atau diprovokasi oleh para oknum yang berkepentingan dalam hal ini.

Jika berhasil, maka isu - isu SARA, hoax, hasutan kebencian atau video yang telah dirubah dan disebar luaskan untuk menjatuhkan lawan atau pesaing politik akan terus bermunculan menjelang apalagi di tahun - tahun politik.

Memanfaatkan konten viral mirip ini sebagai kepentingan politik terperinci sangat berbahaya lantaran berpotensi memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa khususnya yang berada dalam konteks kemajemukan.

3. Bisnis - politik

Kepentingan yang satu ini biasanya dimiliki oleh dua belah pihak yaitu pihak yang menyediakan jasa untuk mengolah isu SARA, hoax atau hasutan kebencian atau video sebagai komoditas bisnis. Sementara yang lainnya yaitu pihak yang memakai jasa mereka untuk kepentingan politik.

Pihak pengguna hanya tinggal memesan isu yang akan dipakai untuk tujuan tertentu dengan memberi imbalan berupa sejumlah uang, selebihnya yaitu kiprah penyedia jasa untuk membuatnya menjadi viral.

Penyedia jasa semacam ini tidak pilih - pilih pihak mana yang memesan jasa mereka, entah pihak "A" yang memesan jasa mereka untuk menyerang pihak "B" atau sebaliknya pihak "B" yang memesan untuk menyerang balik pihak "A". Satu - satunya yang mereka perdulikan yaitu imbalan atau upah yang mereka terima.

Intinya yaitu penyedia jasa ini membaca peluang dari sebuah kepentingan politik sebagai komoditas bisnis. Tidak perduli apa atau siapa yang harus dikorbankan.

Siapa yang paling diuntungkan?

Bicara duduk perkara siapa yang paling diuntungkan, sehabis membaca tentunya kalian sudah tahu. Ada kalanya pelaku bisnis informasi dan publik sama - sama diuntungkan, ada kalanya juga publik hanya menjadi kerikil loncatan sekaligus korban politik atau bisnis - politik dan terakhir yang paling diuntungkan hanyalah satu pihak saja.

Siapa yang paling sering menjadi korban? Tentu saja pihak yang paling gampang dimanfaatkan atau paling rentan diprovokasi. Siapakah itu?

Bagaimana sesuatu sanggup viral?

Kita tidak pernah tahu jikalau "ini" akan viral dan yang "ini" tidak. Walau begitu, niscaya ada penyebabnya, tapi kira - kira apa?

Elise Moreau dalam Lifewire : 2018 menyatakan bahwa:

Di internet sebuah konten sanggup menyebar menyerupai virus jikalau orang - orang "terinfeksi" ketika melihatnya, nanah tersebut biasanya tiba dari pancingan emosi yang memacu mereka membagikannya, sehingga mereka sanggup terhubung satu sama lain dan membahas perihal bagaimana perasaan mereka.

Ini berarti, ketika orang - orang dalam kelompok tertentu merasa tersanjung lantaran sebuah isu yang mereka lihat atau baca akan membagikannya lantaran merasa bahagia atau kagum dan orang - orang yang ikut mencicipi perasaan yang sama juga turut membagikannya untuk mengembangkan rasa suka cita dan seterusnya begitu hingga viral atau jumlah sharenya meledak.

Demikian pula halnya dengan orang - orang yang merasa tersakiti hati nuraninya lantaran sebuah konten, kemudian membagikannya kepada orang lain dan orang - orang yang ikut mencicipi perasaan yang sama pula tentu juga ada yang murka bukan kepalang, kesal dan lain sebagainya. Sebagai ungkapan kemarahan atau kekesalannya itu, konten akan terus menerus dan silih berganti dibagikan hingga dalam hitungan menit "Boom", virallah jadinya.

Basis kekuatan viral


Konten Viral Lebih Banyak Manfaat atau Bahayanya Viral Bermanfaat atau Berbahaya?

Tanpa derma sosial media, akan sangat sulit menciptakan sesuatu menjadi viral. Namun zaman sekarang, kita secara otomatis terhubung satu sama lain melalui facebook, twitter, linkedin, instagram, pinterest, what's up, line, messenger, tumbler, glip dan lain sebagainya. Ini semualah yang mempermudah kita dalam mengembangkan sesuatu kepada teman, keluarga dan para pengikut kita yang lain di media sosial.

Bagi mereka yang akun media umum mempunyai banyak sekali koneksi atau pengikut hingga ratusan ribu atau bahkan jutaan maka akan lebih gampang lagi menciptakan sesuatu menjadi viral.

Konten positif atau negatif lebih viral yang mana? 

Menurut studi para Professor di Universitas Pennsylvania menyebutkan bahwa:

Konten yang memicu emosi "gairah tinggi" kinerjanya lebih baik bila dibagikan secara online, apakah emosi tersebut positif (kekaguman) atau negatif (marah atau cemas). Sedangkan konten yang memicu emosi "gairah rendah" (kesedihan) kurang viral. Jonah Berger dan Katherine L. dalam Deborah Lee dalam Forbes : 2014.

Milkman dalam Deborah Lee dalam Forbes : 2014, pengamat sifat virus artikel New York Times menyatakan bahwa:

Konten positif lebih viral daripada konten negatif.  


Kesimpulan 

Isu - isu yang beredar di internet sanggup saja bermanfaat dalam artian mengedukasi atau menghibur. Namun ada juga yang berbahaya hingga - hingga sanggup memecah belah persatuan sebuah bangsa dan mengancam kesatuan suatu Negara.

Satu - satunya yang sanggup dilakukan yaitu berpikirlah dengan cerdas, bertindaklah dengan bijak. Jangan mau terus - terusan jadi korban, pikirkan masa depan generasi muda, anak dan cucu kita.

Keberadaan situs dan aneka macam media umum yang dipakai sebagai media untuk menyebarkan konten viral tidak sanggup sepenuhnya disalahkan dalam hal ini lantaran itu hanyalah sebuah media, menyerupai kertas putih dan masih kosong yang bergantung pada pemiliknya.

Terimakasih telah membaca artikel kami: Viral Bermanfaat atau Berbahaya?

Apakah artikel ini membantu?

Mari berdiskusi.


Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar